Selasa, 14 Agustus 2018

PERAN KELUARGA MENGHASILKAN PENDIDIKAN YANG BERMUTU DI ERA DIGITALISASI



Pendidikan sangat berguna untuk membentuk karakter dari setiap individu. Keluarga adalah unit terkecil  dalam masyarakat, keluarga mempunyai peran sentral dalam terselenggaranya pendidikan. Pendidikan dapat terwujud dengan hasil yang baik apabila pihak keluarga ikut turut serta memperhatikan sistem pendidikan yang ada. Pemerintah perlu dukungan dari pihak keluarga dan masyarakat agar pendidikan dapat terselenggara dengan sebaik mungkin sehingga penerus bangsa nantinya memiliki karakter yang unggul. 

Mempercayakan pendidikan karakter anak kepada Satuan Pendidikan adalah langkah yang baik yang dilakukan oleh keluarga, tapi bukan berarti keluarga bisa menyerahkan sepenuhnya kepada penyelenggara satuan pendidikan, perlu sinergi yang dibangun antara penyelenggara Satuan Pendidikan, pihak keluarga dan masyarakat agar menghasilkan pendidikan yang bermutu. Terlebih saat ini perlu perhatian khusus terhadap pendidikan anak ditengah-tengah perkembangan teknologi yang serba modern, jangan sampai perkembangan teknologi yang sangat pesat berdampak buruk pada karakter anak tersebut.
Saat ini peran keluarga dituntut agar semakin peduli terhadap pendidikan karakter anak, dengan menimbulkan kembali jati diri bangsa kita sebenarnya yang telah lama hilang seperti sopan santun, gotong royong, menghargai perbedaan satu sama lain dan masih banyak lagi. Keluarga adalah tempat terbaik anak untuk menerima pendidikan karakter itu sendiri, selain mempunyai banyak waktu kepada anak, pihak keluarga adalah orang yang paling mengenal secara keseluruhan mengenai karakter yang dimiliki oleh anak tersebut. Sehingga pesan yang ingin disampaikan keluarga dapat diterima dan dijalankan dengan baik oleh sang anak. 

Untuk membentuk karakter anak yang baik, keluarga perlu menanamkan nilai-nilai sosial dan agama. Dikeluarga anak perlu diajarkan sikap menghargai satu sama lain, sehingga dapat menerima perbedaan yang majemuk di lingkungan masyarakat. Norma agama pun harus diperkenalkan keluarga kepada anak sedini mungkin agar anak memiliki batasan yang dipegang dan tidak akan dilanggar. Saat ini sangat jarang pihak orang tua yang mengajarkan anak untuk membaca kitab suci atau sekedar mengantarkan anaknya ke tempat ibadah untuk dididik oleh para rohaniwan sesuai dengan agamanya masing-masing. Tempat-tempat ibadah sangat jarang dikunjungi oleh anak-anak tapi tempat hiburan seperti Mall, bioskop, tempat liburan, kafe lebih banyak dikunjungi oleh anak-anak. Orang tua lebih senang membawa anaknya ke tempat liburan seperti itu ketimbang membawa anaknya ke tempat ibadah agar lebih mengenal agamanya, ke Museum agar si anak mengerti sejarah dan perkembangan jaman dan kepameran maupun ke toko buku agar anak mengenal budaya literasi. Keputusan orang tua mengenai anak akan berdampak pada saat dewasa nanti, sudah saatnya selagi anak masih kecil keluarga harus memberikan didikan yang positif, sehingga ketika dewasa nanti anak mempunyai karakter yang matang.   

Keluarga juga perlu memperkenalkan nilai sosial kepada anak agar mereka mempunyai karakter yang peduli dan sikap gotong royong di lingkungannya. Mereka harus mempunyai empati yang besar jika terdapat teman atau lingkungannya membutuhkan pertolongan. Keluarga harus membiasakan anak peduli terhadap sekitarnya seperti jika terdapat bencana alam banjir, gempa bumi, tsunami atau longsor, si anak harus didorong untuk melakukan sesuatu agar membantu meringankan beban saudara yang terkena musibah tersebut dengan memberikan bantuan berupa pakaian bekas layak pakai, obat-obatan, selimut, bahan-bahan makanan maupun uang secara langsung. Bila perlu keluarga mengajarkan kepada anak berkorban dengan apa yang dimiliki pribadi oleh anak tersebut seperti uang tabunganya yang nantinya akan memberikan pelajaran tersendiri buat sang anak.

Berkembang pesatnya teknologi saat ini membuat tantangan baru yang harus dihadapi keluarga untuk membina anaknya, dulu dengan sekarang pola didikan orang tua harus berbeda. Saat ini anak usia dini sudah terbiasa menggunakan gadget¸pihak keluarga harus memperhatikan masalah ini. Jangan sampai kemajuan teknologi khususnya pada perangkat gadget berdampak buruk bagi perkembangan sang anak. Sebaiknya anak diperkenalkan dengan gadget pada usia menginjak jenjang pendidikan SMP. Hal ini dinilai sang anak sudah mempunyai pola pikir yang matang dimana mampu memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Perkembangan digitalisasi yang sangat cepat berdampak pada kecepatan manusia menerima segala informasi. Sang anak bisa saja menerima informasi yang belum saatnya diterima sesuai dengan usianya, perlu bimbingan ekstra dari keluarga agar sang anak terlindung dari informasi yang merusak pola pikirnya. Untuk mengatasi hal ini perlu dilakukanya parenting di era digital dengan memastikan anak tidak menghabiskan waktu terlalu lama didepan monitor maksimal satu jam, memastikan isi konten sesuai dengan usia anak, memberi pemahaman mengenai etika di dunia maya sejak dini.

Fenomena saat ini yang terjadi di masyarakat adalah pihak keluarga berani memberikan gadget pada sang anak diusia yang sangat muda ketimbang membeli buku pelajaran yang lebih murah dan banyak manfaatnya. Orang tua membelikan sebuah ponsel pintar kepada anaknya hanya karena semua teman-temannya sudah memilikinya, dengan alasan mengikuti tren pihak keluarga tidak memikirkan dampak jika anak sudah memegang sebuah ponsel pintar. Parahnya lagi ponsel pintar itu dibeli dengan hasil hutang dari rentenir yang bunganya cukup besar. Dari situasi ini perlu adanya komunikasi antara keluaga dan anak mengenai keadaan ekonomi keluarga, keluarga perlu menjelaskan apa yang harus diutamakan dan apa yang harus dikesampingkan. Selain waktunya yang belum tepat  bagi sang anak, akan banyak dampak buruk bagi sang anak seperti kecanduan game online, akses bebas melihat vidio, lemahnya budaya baca dan sebagainya.   

Satu hal yang penting diterapkan di unit keluarga adalah budaya literasi  yaitu budaya membaca dan menulis dimana anak terbiasa memegang buku untuk menambah wawasan. Kita harus menyadari bahwa budaya membaca dan menulis bangsa ini sangat rendah ditengah era kecanggihan teknologi saat ini, maka diperlukan upaya pembiasaan yang harus dilakukan terus-menerus dilakukan sedini mungkin. Salah satu cara yang bisa dilakukan keluarga untuk menumbuhkan kebiasaan membaca dan menulis adalah memberikan hadiah kepada anak berupa buku, membiasakan untuk menyisihkan uang untuk membeli buku 4 atau 6 buku setahun kepada anak, sering mengajak anak ke tempat pameran buku dan toko, serta orang tua menjadi contoh kepada anak dengan membaca dan menulis di rumah sehingga dapat ditiru oleh sang anak. Bila perlu keluarga meluangkan waktu setiap hari untuk membaca buku sekitar satu atau dua jam. Jangan sampai anak menghabiskan waktunya dengan menonton televisi dan merunduk memperhatikan layar ponsel pintarnya untuk bermain game online dan membuka akun media sosialnya.

Setelah melakukan pendidikan karakter kepada anak, Keluarga perlu membangun komunikasi yang baik mengenai perkembangan anak dengan pihak sekolah. Peran keluarga dalam mengawasi sistem pendidikan yang berlangsung bermanfaat besar terselenggaranya pendidikan yang bermutu, khususnya wali kelas dan orang tua. Dikutip dari laman KEMENDIKBUD,  komunikasi yang efektif antara wali kelas dengan orang tua dapat terjalin dengan berbagai cara pertemuan orang tua dengan wali kelas, pembentukan organisasi orang tua-wali kelas, buku kerja siswa mingguan atau bulanan yang dibawa pulang siswa untuk ditinjau dan dikomentari orang tua, komunikasi melalui telepon, komunikasi melalui website atau email sekolah, kunjungan wali kelas ke rumah siswa. Untuk membangun antusias para orang tua mengenai perkembangan ,anak, pihak sekolah perlu membangun komunikasi yang sifatnya berbagi informasi positif tentang anak-anaknya sehingga para orang tua akan terkejut dan antusias mereka akan meningkat. Selain topik berbagai masalah yang dihadapi siswa, wali kelas juga perlu menginformasikan mengenai kegiatan di kelas, prestasi anak dan bertanya bagaimana orang tua dapat membantu di rumah dengan metode pembelajaran yang mereka terapkan. Jika hal ini dilakukan oleh pihak sekolah dan keluarga maka akan terjalinnya komunikasi yang baik, sehingga menghasilkan pendidikan yang bermutu bagi sang anak.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 30 Tahun 2017 Pasal 6 tentang Pelibatan Keluarga pada Penyelenggaraan Pendidikan, keluarga diharuskan mengikuti berbagai kegiatan pada Satuan Pendidikan yaitu menghadiri pertemuan yang diselenggarakan oleh Satuan Pendidikan, mengikuti kelas orang tua/wali, menjadi narasumber dalam kegiatan di Satuan Pendidikan, berperan akif dalam pentas kelas akhir tahun pembelajaran, bersedia menjadi anggota komite sekolah, menjadi anggota tim pencegahan kekerasan di Satuan Pendidikan dan masih banyak lagi peran keluarga dalam Satuan Pendidikan. Bentuk pelibatan keluarga pada lingkungan keluarga yang tercantum pada pasal 7 yaitu antara lain menumbuhkan nilai-nilai karakter anak di lingkungan keluarga, memotivasi semangat belajar anak, mendorong budaya literasi dan memfasilitasi kebutuhan belajar anak. 

Jika pihak keluarga, Satuan Pendidikan dan Masyarakat dapat bersinergi maka mencegah segala bentuk kekerasan di lingkungan sekolah, mengatasi dengan cepat permasalahan yang dihadapi anak dalam pembelajaran di kelas, meningkatkan kepedulian  dan tanggung jawab bersama. Hal ini membuat cita-cita Pemerintah, Keluarga dan Masyarakat mengenai pendidikan yang bermutu dapat terwujud dan akan menghasilkan penerus bangsa  yang berkualitas. Pendidikan yang baik mencirikan masa depan bangsa yang gemilang.




 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Investasi Sedini Mungkin

Kemarin, banyak banget yang DM ke akun IG aku nanya gimana caranya buat investasi saham. Entah dari mana mereka tau akun IG aku katanya mere...