Pendidikan sangat berguna
untuk membentuk karakter dari setiap individu. Keluarga adalah unit
terkecil dalam masyarakat, keluarga
mempunyai peran sentral dalam terselenggaranya pendidikan. Pendidikan dapat
terwujud dengan hasil yang baik apabila pihak keluarga ikut turut serta
memperhatikan sistem pendidikan yang ada. Pemerintah perlu dukungan dari pihak
keluarga dan masyarakat agar pendidikan dapat terselenggara dengan sebaik mungkin
sehingga penerus bangsa nantinya memiliki karakter yang unggul.
Mempercayakan
pendidikan karakter anak kepada Satuan Pendidikan adalah langkah yang baik yang
dilakukan oleh keluarga, tapi bukan berarti keluarga bisa menyerahkan
sepenuhnya kepada penyelenggara satuan pendidikan, perlu sinergi yang dibangun
antara penyelenggara Satuan Pendidikan, pihak keluarga dan masyarakat agar
menghasilkan pendidikan yang bermutu. Terlebih saat ini perlu perhatian khusus
terhadap pendidikan anak ditengah-tengah perkembangan teknologi yang serba
modern, jangan sampai perkembangan teknologi yang sangat pesat berdampak buruk
pada karakter anak tersebut.
Saat ini peran keluarga
dituntut agar semakin peduli terhadap pendidikan karakter anak, dengan
menimbulkan kembali jati diri bangsa kita sebenarnya yang telah lama hilang
seperti sopan santun, gotong royong, menghargai perbedaan satu sama lain dan
masih banyak lagi. Keluarga adalah tempat terbaik anak untuk menerima
pendidikan karakter itu sendiri, selain mempunyai banyak waktu kepada anak,
pihak keluarga adalah orang yang paling mengenal secara keseluruhan mengenai
karakter yang dimiliki oleh anak tersebut. Sehingga pesan yang ingin
disampaikan keluarga dapat diterima dan dijalankan dengan baik oleh sang anak.
Untuk membentuk karakter
anak yang baik, keluarga perlu menanamkan nilai-nilai sosial dan agama.
Dikeluarga anak perlu diajarkan sikap menghargai satu sama lain, sehingga dapat
menerima perbedaan yang majemuk di lingkungan masyarakat. Norma agama pun harus
diperkenalkan keluarga kepada anak sedini mungkin agar anak memiliki batasan
yang dipegang dan tidak akan dilanggar. Saat ini sangat jarang pihak orang tua yang
mengajarkan anak untuk membaca kitab suci atau sekedar mengantarkan anaknya ke
tempat ibadah untuk dididik oleh para rohaniwan sesuai dengan agamanya
masing-masing. Tempat-tempat ibadah sangat jarang dikunjungi oleh anak-anak
tapi tempat hiburan seperti Mall, bioskop, tempat liburan, kafe lebih banyak
dikunjungi oleh anak-anak. Orang tua lebih senang membawa anaknya ke tempat
liburan seperti itu ketimbang membawa anaknya ke tempat ibadah agar lebih
mengenal agamanya, ke Museum agar si anak mengerti sejarah dan perkembangan
jaman dan kepameran maupun ke toko buku agar anak mengenal budaya literasi.
Keputusan orang tua mengenai anak akan berdampak pada saat dewasa nanti, sudah
saatnya selagi anak masih kecil keluarga harus memberikan didikan yang positif,
sehingga ketika dewasa nanti anak mempunyai karakter yang matang.
Keluarga juga perlu
memperkenalkan nilai sosial kepada anak agar mereka mempunyai karakter yang
peduli dan sikap gotong royong di lingkungannya. Mereka harus mempunyai empati
yang besar jika terdapat teman atau lingkungannya membutuhkan pertolongan.
Keluarga harus membiasakan anak peduli terhadap sekitarnya seperti jika
terdapat bencana alam banjir, gempa bumi, tsunami atau longsor, si anak harus
didorong untuk melakukan sesuatu agar membantu meringankan beban saudara yang
terkena musibah tersebut dengan memberikan bantuan berupa pakaian bekas layak
pakai, obat-obatan, selimut, bahan-bahan makanan maupun uang secara langsung.
Bila perlu keluarga mengajarkan kepada anak berkorban dengan apa yang dimiliki pribadi
oleh anak tersebut seperti uang tabunganya yang nantinya akan memberikan
pelajaran tersendiri buat sang anak.
Berkembang pesatnya
teknologi saat ini membuat tantangan baru yang harus dihadapi keluarga untuk
membina anaknya, dulu dengan sekarang pola didikan orang tua harus berbeda.
Saat ini anak usia dini sudah terbiasa menggunakan gadget¸pihak keluarga harus memperhatikan masalah ini. Jangan
sampai kemajuan teknologi khususnya pada perangkat gadget berdampak buruk bagi perkembangan sang anak. Sebaiknya anak
diperkenalkan dengan gadget pada usia
menginjak jenjang pendidikan SMP. Hal ini dinilai sang anak sudah mempunyai
pola pikir yang matang dimana mampu memilih mana yang baik dan mana yang buruk.
Perkembangan digitalisasi yang sangat cepat berdampak pada kecepatan manusia
menerima segala informasi. Sang anak bisa saja menerima informasi yang belum
saatnya diterima sesuai dengan usianya, perlu bimbingan ekstra dari keluarga
agar sang anak terlindung dari informasi yang merusak pola pikirnya. Untuk
mengatasi hal ini perlu dilakukanya parenting di era digital dengan memastikan
anak tidak menghabiskan waktu terlalu lama didepan monitor maksimal satu jam, memastikan
isi konten sesuai dengan usia anak, memberi pemahaman mengenai etika di dunia
maya sejak dini.
Fenomena saat ini yang
terjadi di masyarakat adalah pihak keluarga berani memberikan gadget pada sang anak diusia yang sangat
muda ketimbang membeli buku pelajaran yang lebih murah dan banyak manfaatnya. Orang
tua membelikan sebuah ponsel pintar kepada anaknya hanya karena semua
teman-temannya sudah memilikinya, dengan alasan mengikuti tren pihak keluarga
tidak memikirkan dampak jika anak sudah memegang sebuah ponsel pintar. Parahnya
lagi ponsel pintar itu dibeli dengan hasil hutang dari rentenir yang bunganya
cukup besar. Dari situasi ini perlu adanya komunikasi antara keluaga dan anak
mengenai keadaan ekonomi keluarga, keluarga perlu menjelaskan apa yang harus
diutamakan dan apa yang harus dikesampingkan. Selain waktunya yang belum
tepat bagi sang anak, akan banyak dampak
buruk bagi sang anak seperti kecanduan game online, akses bebas melihat vidio,
lemahnya budaya baca dan sebagainya.
Satu hal yang penting
diterapkan di unit keluarga adalah budaya literasi yaitu budaya membaca dan menulis dimana anak
terbiasa memegang buku untuk menambah wawasan. Kita harus menyadari bahwa
budaya membaca dan menulis bangsa ini sangat rendah ditengah era kecanggihan
teknologi saat ini, maka diperlukan upaya pembiasaan yang harus dilakukan
terus-menerus dilakukan sedini mungkin. Salah satu cara yang bisa dilakukan
keluarga untuk menumbuhkan kebiasaan membaca dan menulis adalah memberikan
hadiah kepada anak berupa buku, membiasakan untuk menyisihkan uang untuk
membeli buku 4 atau 6 buku setahun kepada anak, sering mengajak anak ke tempat
pameran buku dan toko, serta orang tua menjadi contoh kepada anak dengan
membaca dan menulis di rumah sehingga dapat ditiru oleh sang anak. Bila perlu
keluarga meluangkan waktu setiap hari untuk membaca buku sekitar satu atau dua
jam. Jangan sampai anak menghabiskan waktunya dengan menonton televisi dan
merunduk memperhatikan layar ponsel pintarnya untuk bermain game online dan
membuka akun media sosialnya.
Setelah melakukan
pendidikan karakter kepada anak, Keluarga perlu membangun komunikasi yang baik
mengenai perkembangan anak dengan pihak sekolah. Peran keluarga dalam mengawasi
sistem pendidikan yang berlangsung bermanfaat besar terselenggaranya pendidikan
yang bermutu, khususnya wali kelas dan orang tua. Dikutip dari laman KEMENDIKBUD, komunikasi yang efektif antara wali
kelas dengan orang tua dapat terjalin dengan berbagai cara pertemuan orang tua
dengan wali kelas, pembentukan organisasi orang tua-wali kelas, buku kerja
siswa mingguan atau bulanan yang dibawa pulang siswa untuk ditinjau dan
dikomentari orang tua, komunikasi melalui telepon, komunikasi melalui website
atau email sekolah, kunjungan wali kelas ke rumah siswa. Untuk membangun
antusias para orang tua mengenai perkembangan ,anak, pihak sekolah perlu
membangun komunikasi yang sifatnya berbagi informasi positif tentang
anak-anaknya sehingga para orang tua akan terkejut dan antusias mereka akan
meningkat. Selain topik berbagai masalah yang dihadapi siswa, wali kelas juga
perlu menginformasikan mengenai kegiatan di kelas, prestasi anak dan bertanya
bagaimana orang tua dapat membantu di rumah dengan metode pembelajaran yang
mereka terapkan. Jika hal ini dilakukan oleh pihak sekolah dan keluarga maka
akan terjalinnya komunikasi yang baik, sehingga menghasilkan pendidikan yang
bermutu bagi sang anak.
Berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 30 Tahun 2017 Pasal 6 tentang Pelibatan
Keluarga pada Penyelenggaraan Pendidikan, keluarga diharuskan mengikuti
berbagai kegiatan pada Satuan Pendidikan yaitu menghadiri pertemuan yang
diselenggarakan oleh Satuan Pendidikan, mengikuti kelas orang tua/wali, menjadi
narasumber dalam kegiatan di Satuan Pendidikan, berperan akif dalam pentas
kelas akhir tahun pembelajaran, bersedia menjadi anggota komite sekolah,
menjadi anggota tim pencegahan kekerasan di Satuan Pendidikan dan masih banyak
lagi peran keluarga dalam Satuan Pendidikan. Bentuk pelibatan keluarga pada
lingkungan keluarga yang tercantum pada pasal 7 yaitu antara lain menumbuhkan
nilai-nilai karakter anak di lingkungan keluarga, memotivasi semangat belajar
anak, mendorong budaya literasi dan memfasilitasi kebutuhan belajar anak.
Jika pihak keluarga,
Satuan Pendidikan dan Masyarakat dapat bersinergi maka mencegah segala bentuk
kekerasan di lingkungan sekolah, mengatasi dengan cepat permasalahan yang
dihadapi anak dalam pembelajaran di kelas, meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab bersama. Hal ini membuat
cita-cita Pemerintah, Keluarga dan Masyarakat mengenai pendidikan yang bermutu
dapat terwujud dan akan menghasilkan penerus bangsa yang berkualitas. Pendidikan yang baik
mencirikan masa depan bangsa yang gemilang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar