Salah satu kebiasaan yang selalu
orang tua kami ajarkan adalah berbagi dengan sesama apa yang kami punya. Adakalanya
kami mendapat pemberian dari orang yang berlimpah dan kami pun tidak sanggup menghabiskan semuanya, untuk
mengatasi ini kami biasnya membagikan kepada tetangga kami. Ketika kami mau
memberi sesuatu kepada seseorang biasanya kami berdiskusi kepada siapa yang
harus menerima pemberian ini. Jika kami punya orang yang tepat untuk
menerimanya lantas kami membaca respon apa yang diberikan ketika dia menerima
pemberian kami. Ada yang memberi respon memberi ucapan terimakash ada juga yang
merespon dengan tidak enak dimana dia mengungkapkan kekesalan atas pemberian
dari kita. Dua respon yang berbeda ini kami diskusikan, disitu kami bisa
membaca karakter seseorang, latar belakang pendidikan dan latar belakang
keluarga tanpa harus menanyakan detail kepada yang bersangkutan. Dari respon
yang diberikan kami juga dapat menilai apakah orang itu layak atau tidak menerima
pemberian kami jika kami punya kesempatan kembali untuk memberi.
Dalam setahun kami punya
kesempatan memberi kepada tetangga kami. Depan rumah kami tertanam sebuah pohon
mangga yang tiap tahun berbuah sangat banyak. Secara manusia buah dari mangga
tersebut tidak bisa kami habiskan seluruhnya karena banyaknya buah yang
dihasilkan, dari pada buah tersebut busuk karena tidak kemakan dan akhirnya
harus dibuang maka kami membagikan sebagian kepada tetangga kami kebetulan mangga
itu sangat manis buahnya dn layak untuk diberikan. Hampir seluruh warga
dikomplek kami mendapat 3 atau 4 buah satu rumah bahkan orang yang tidak kami
kenal dan ketika lewat rumah kami melihat keatas betapa banyaknya buah mangga
itu lantas kami memanggilnya dan memberikan apa yang dia lihat diatas yaitu
buah mangga yang sangat manis, lantas komunikasi atar tetangga pun berjalan
dengan baik padahal kami orang kristen yang berbeda dengan mereka.
Biasnya kalo disuatu komplek jika
dirumahnya terdapat pohon yang menghasilkan buah seperti mangga atau jambu,
anak-anak muda dikompek itu suka ambil diam-diam tanpa sepengetahuan pemilik
mengambil buah tersebut, mungkin karena pemilik jarang atau bahkan tidak sama
sekali memberi sebagian buahnya kepada tetangga. Supaya tetangga kami tidak
diam-diam mengambil buahnya kami memberi pengertian kepada tetangga khususnya
kepada anak muda dan anak kecil bahwa jangan mengambil diam-diam mangga itu
disamping belum saatnya dipetik, perbuatan itu juga tidak baik untuk dilakukan.
Kami memberi pemahaman jika mangga itu sudah siap dipetik maka kami akan
memberikan kepada mereka dan tidak akan kami makan sendiri, pada akhirnya mereka
memahami apa yang kami maksud dan mau menunggu waktu panen mangga kami. Sampai saatnya
mangga itu dipanen kami melakukan apa yang kami katakan sebelumnya dan kami
membagikan kepada mereka dan mereka pun senang. Pada tahun – tahun berikutnya
tidak ada satupun yang diam-diam mengambil mangga tanpa seijin dari kami. Jika terdapat
ada yang diam-diam mencuri mangga, kami menanyakan “apakah kamu pernah meminta
mangga ini dan kami menolak memberi? Mengapa kamu harus mencuri padahal jika
kamu memintanya pasti kami akan beri? Kami mau memberi mangga ini melebihi
jumlahnya jika kamu mencuri? Kami marah jika mereka mengambil tanpa meminta kepada
kami mangga itu. tapi kami mncoba mendidik mereka, dan hasilnya beberapa tahun
belakngan ini tidak ada yang berani mengambil mangga itu. Setiap tahun mereka setia menunggu pemeberian
dari kami tanpa harus mencuri.