Budaya menabung adalah salah satu
kebiasaan yang harus diterapkan masyarakat sedini mungkin. Masih banyak
masyarakat saat ini yang tidak mampu mengatur keuangannya, sehingga dapat menimbulkan banyak masalah.
Hal ini terjadi karena masyarakat masih minim memiliki budaya menabung. Sebesar
apapun penghasilan, kita harus tetap membiasakan diri untuk menyimpan sebagian
penghasilan kita sebagai dana cadangan yang sewaktu-waktu dapat berguna dalam
kondisi terdesak.
Sebenarnya budaya menabung sudah
biasa diajarkan di dalam keluarga, orang tua selalu memberikan kepada anaknya
sebuah celengan yang unik agar anaknya
semangat untuk menabung. Orang tua berjanji jika celengan suatu saat penuh,
jumlah uangnya seluruhnya boleh dibelikan apa saja barang kesukaan anaknya.
Biasanya pihak orang tua memberikan upah kepada anaknya atas suatu perkerjaan
yang sudah diselesaikan dan menyarankan sebagian harus uang yang dimilikinya
untuk ditabung membeli barang kesukaan anaknya. Ajaran ini dapat membentuk
karakter anak yang tidak boros dan selalu mengupayakan keinginannya jika hendak
membeli suatu barang dengan menabung.
Di lingkungan sekolah pun secara
tidak sadar budaya menabung terus diajarkan kepada para siswa seperti di
tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas.
Bahkan di tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) saat ini budaya ini juga
ikut diterapkan, dengan memberikan buku tabungan dimana para siswa diwajibkan
untuk menabung setip hari. Hal ini menandakan bahwa para pendidik ingin
mengajarkan sedini mungkin budaya menabung kepada para siswa. Budaya menabung
di sekolah bukan seberapa besar nominal tabungannya yang diperoleh tapi
bagaimana manfaat kebiasaan menabung kepada para siswa yang sewaktu-waktu dapat
bermanfaat di masa depan. Pihak sekolah biasanya mengadakan tabungan siswa
untuk tujuan karya wisata yang akan diikuti wajib oleh para siswa, siswa
dituntut menyisihkan uang jajannya setiap harinya untuk membiayai perjalanan
karya wisata dengan tempo biasanya satu tahun. Lewat tabungan sekolah pihak
sekolah dapat menjelaskan tentang banyaknya manfaat dari budaya menabung untuk
masa yang akan datang.
Budaya menabung yang secara
terus-menerus diterapkan dilingkungan keluarga maupun sekolah, tapi masih belum
cukup menyadarkan masyarakat tentang pentingnya budaya menabung. Masih banyak
masyarakat yang menyepelekan upaya keluarga maupun sekolah untuk mengajarkan
budaya menabung, sehingga mereka membelanjakan seluruh dana miliknya tanpa
memperhitungkan kebutuhan yang akan datang. Masyarakat yang belum peka tentang
budaya menabung dapat menimbulkan masyarakat
boros yang tidak dapat mengatur keuangannya, hal ini dapat menimbulkan masalah
seperti hutang dimana-mana dan tidak
adanya dana cadangan atau simpanan yang dibutuhkan jika terdapat keadaan yang
sangat mendesak.
Jika dibangku sekolah kita tidak
berhasil memiliki budaya menabung, maka ketika sudah dewasa dan mempunyai
pendapatan penghasilan secara mandiri biasaya orang tersebut mempunyai karakter
yang langsung membelanjakan penghasilannya tanpa terencana terlebih dahulu.
Orang seperti ini tidak mampu membedakan mana kebutuhan primer mana dan kebutuhan
sekunder. Bahkan tipe orang seperti ini jika mempunyai penghasilan langsung
menghabiskannya untuk dibelanjakan kebutuhan sekunder dan ketika hendak membeli
kebutuhan primer tanpa sadar penghasilannya sudah habis terpaksa kebutuhan
primernya dipenuhi dengan dana dari hutang. Kebiasaan ini terus berlanjut
berbulan-bulan dan bertahun-tahun. Bahkan lebih parahnya lagi sebagian masyarakat
tanpa pikir panjang membelanjakan kebutuhan sekunder dengan dana hutang dari
kartu kredit maupun pinjaman dari para rentenir yang bunganya cukup besar,
sehingga hutangnya semakin hari semakin menumpuk dan sangat besar. Jadi jangan
heran kalau banyak masyarakat sekarang ini terlilit hutang yang cukup besar
karena tidak memiliki budaya menabung.
Jika budaya ini dapat diterapkan dengan baik,
masyarakat dapat dengan bijak menggunakan uangnya. Ada banyak contoh dari
masyarkat yang mampu menabung bertahun-tahun agar keinginannya dapat terwujud.
Melalui hal-hal sepele orang tersebut mampu mewujudkan cita-citanya. Seperti
bapak Miskat seorang pemulung yang dapat berangkat haji tahun ini dengan
menabung dari hasil mulungnya dengan menyisihkan sebagian pendapatannya
berkisar 5000 sampai 10.000 setiap harinya, bapak Miskat mengumpulkan uangnya
di bawah tumpukan pakaian dilemari, beliau tidak ingat sudah berapa lama
menabung untuk biaya berangkat haji. Hal yang sama pun dilakukan oleh Titin
Sumiarti warga kabupaten Ponorogo mampu membeli sepeda motor matic secara lunas
dengan membayar uang receh yang ditabungnya selama lima tahun. Kisah lainnya
yaitu datang dari seorang karyawati swasta yang mempunyai pola nabung yang unik
dan berhasil diterapkan dengan hasil yang cukup banyak yaitu dengan menyimpan
uangnya pecahan 20.000 untuk ditabung, hal ini dilakukan karena dia berpikir
bahwa nominal 20.000 peredarannya sangat jarang ditemukan. Jika ia menerima
uang kembalian nominal 20.000 maka uang itu langsung disimpan untuk ditabung,
nominal 20.000 dinilai tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil sehingga
tidak memberatkan pengeluarannya.
Budaya
menabung juga bisa dilakukan secara berkelompok, sebuah Sekolah Menengah
Kejuruan di kabupaten Cirebon mempunyai keinginan untuk membangun sebuah masjid
dilingkungan sekolahnya. Para siswa memberikan sebagian uang jajannya untuk
membangun sebuah masjid yang bisa digunakan secara pribadi untuk kegiatan
keagamaan dlingkungan sekolahnya, karena selama ini para siswa menumpang di
masjid milik perumahan di dekat sekolahnya untuk hanya sekedar sholat dan
sangat meresahkan warga setempat. Tapi setelah 3 tahun menabung untuk membangun
masjid yang dikoordinir oleh pihak OSIS, masjid itu pun dapat berdiri dan
digunakan untuk setiap kegiatan keagamaan di sekolahnya, hanya membutuhkan dana
sedikit lagi untuk proses finishing. Sebuah gereja pun dapat dibangun hanya
dengan dana dari jemaat gereja itu sendiri, di Bekasi dapat berdiri sebuah
gereja dengan biaya dari para jemaatnya yang berprofesi supir angkot, mereka
rela uang untuk membeli satu bungkus rokok dialokasikan untuk membeli bahan
bangunan. Sehingga gereja tersebut dapat berdiri kokoh hanya karena para
jemaatnya menyisihkan uang untuk membeli rokok untuk diberikan ke gereja.
Budaya
menabung dapat diterapkan dengan cara apapun jika kita mempunyai tekad yang
kuat. Salah satu inspirasi untuk menabung adalah jika kita mempunyai kecanduan
berat terhadap rokok, jika kita berani
berhenti dari rokok bisa dibayangkan berapa banyak dana yang bisa kita simpan
untuk membeli rumah atau mobil misalnya. Mahalnya harga rokok dan dampak yang
buruk bagi kesehatan sudah seharusnya dihentikan secepat mungkin. Untuk para
perokok sudah berapa banyak uang yang dikorbankan hanya untuk menambah masalah
bagi kesehatan, jika dana untuk membeli rokok bisa dialihkan untuk membeli
sebuah rumah, mobil atau membiayai kuliah anak-anak kita kelak akan ada banyak manfaat yang dirasakan ketika
kita mampu berhenti mengkonsumsi rokok. Mungkin kebiasaan merokok sangat sulit
dilakukan, tapi bisa dihentikan sedikit demi sedikit porsi batang rokoknya
setiap harinya sampai akhirnya kita bisa benar-benar bebas dari rokok.
Tidak ada
waktu terlambat untuk belajar membiasakan diri untuk menabung, ada baiknya jika
budaya menabung dilakukan di usia sedini mungkin sehingga kita kelak dewasa
dapat terbiasa menabung. Namun jika kita saat ini sudah dewasa dan tidak memiliki
budaya untuk menabung tidak ada salahnya kita belajar untuk membiasakan
mengatur keuangan kita dengan menabung sekarang, kita bisa memilih cara apapun
untuk menerapkan budaya menabung sesuai dengan kenyamanan diri kita
masing-masing. Karena budaya menabung dapat kita rasakan manfaatnya bukan untuk
hari ini melainkan di masa-masa yang akan datang. Kalau kita sudah merasakan
betapa banyaknya manfaat budaya menabung maka diwaktu yang akan datang kita
akan terbiasa dan ketagihan dari budaya menabung.
Media yang
digunakan masyarakat untuk menyimpan uang tabungannya dinilai masih sangat
tradisional. Masyarakat lebih suka menyimpan uangnya di celengan, di bawah
kasur, di bawah bantal, di bawah tumpukan pakaian di lemari bahkan galon air
dijadikan tempat untuk menyimpan uangnya. Sangat rawan jika masyarakat masih
menyimpan dananya di media tradisional seperti itu karena sangat mudah untuk
hilang, diambil maupun dicuri. Sebenarnya tidak ada salahnya mereka menggunakan
media seperti itu, tapi alangkah lebih baiknya masyarakat menggunakan produk
dari jasa perbankan untuk menyimpan dana dari masyarakat. Perbankan adalah sebuah
instansi yang berfungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat. Perbankan dapat
memberi keamanan kepada para nasabahnya mengenai dana yang disimpan, karena
bank tersebut diawasi oleh Lembaga Penjain Simpanan (LPS) sehingga dana kita dapat tersimpan dengan
aman. Akan banyak keuntungan yang dapat diperoleh oleh masyarakat jika
menyimpan dananya di bank seperti lebih praktis dan simpel, mudah digunakan
untuk kebutuhan mendesak, program hadiah kepada para nasabah, mendapatkan bagi
hasil atau bunga dari bank dan aman dari berbagai resiko. Masyarakat yang menyimpan dananya di bank juga
dapat membantu pemerintah untuk menekan angka inflasi di negara kita, karena
dengan menabung di bank kita dapat meminimalisir dana yang beredar di
masyarakat. Dana yang banyak beredar dimasyarakat dapat menyumbang angka
inflasi di suatu negara. Jadi akan banyak manfaat jika kita mempercayakan jasa
perbankan untuk menyimpan dana yang
dirasakan kita dan negara.
Masyarakat
mengharapkan dana yang ditabung dapat terus bertambah, pada akhirnya masyarakat
mempunyai keinginan untuk berinvestai. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang
investasi membuat masyarakat salah memilih tempat unuk berinvestasi. Banyak
masyarakat memilih investasi dengan iming-iming keuntungan yang mencapai 100%,
bukan untung yang diraih melainkan dana masyarakat yang berhasil di himpun oleh
badan investasi ileggal dibawa kabur oleh pengelola. Tidak tanggung-tanggung
pelaku dapat mebawa dana dari ribuan nasabahnya yang berjumlah triliunan
rupiah.
Agar jumlah nominal tabungannya
terus bertambah, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyarankan jenis-jenis produk
simpanan Bank Konvensional yang dijamin oleh LPS seperti Giro, Deposito,
Sertifikat Deposito, Tabungan dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.
Sedangkan dalam bentuk Bank Syraiah LPS menjamin seperti Giro Wadiah dan Giro
Mudharabah, Tabungan Wadiah dan Tabungan Mudharabah, Deposito Mudharabah dan
Simpanan lain yang ditetapkan LPS. Masyarakat dapat memperoleh keuntungan dari
berinvestasi di bank konvensional maupun bank syariah yang dijamin keamanannya
oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Jika masyarakat ingin menabung
sambil berinvestasi dengan keuntungan yang besar, masyarakat bisa menyimpan
dananya di pasar modal Indonesia yang ditangani oleh Bursa Efek Indonesia
(BEI). Insturmen Investasi yang dapat dipilih masyarakat di pasar modal antara
lain Saham, Obligasi, Warant, Reksa Dana. Dari bnyaknya jenis instrumen
investasi dipasar modal masing-masing menawarkan tingkat resiko dan keuntungan
yang berbeda. Sesuai dengan teori manajemen risiko dimana risiko yang tinggi
menghasilkan tingkat keuntungan yang tinggi juga.
Dari menabung kita merasakan
banyak manfaat seperti pola hidup hemat, terhindar dari hutang dan memiliki
dana cadangan yang bisa digunakan dalam keaadaan mendesak. Menabung dapat
memberikan gambaran masa depan, dimana kita mengharapkan masa depan yang baik
sehingga kita akan menyimpan dana kita untuk diinvestasikan dalam jangka
panjang dan masa depan anak cucu kita dapat terjamin.