Senin, 08 Mei 2017

Kemana Cita-Cita Kita Sewaktu Kecil

Ada anak usia lima tahun berkata kepada saya bahwa ia nanti ketika besar ia akan jadi dokter, hebat sejak kecil ia sudah mempunyai cita-cita yang besar menjadi dokter. Mungkin itu di alami semua manusia saat kecil, dimana pada saat kecil kita sudah membayangkan apa yang akan kita kerjakan saat dewasa nanti. Saya ingat ketika saya duduk dikelas empat SD, guru saya menyuruh kami menuliskan di selembar kertas tentang apa yang kita cita-citakan saat ini dan selanjutnya kami di suruh membacakan di depan kelas. Ada yang menuliskan bahwa cita-citanya adalah menjadi seorang dokter, ilmuan, polisi, astronot, sedangkan saya saat itu mencita-citakan menjadi seorang atlit nasional karena sejak kelas tiga saya sudah mewakili sekolah dalam ajang olahraga. Mendengar cita-cita kami, guru kami pun tersenyum bangga dalam matanya dapat dilihat bahwa ia sedang berangan-angan dimana anak didiknya pada saat dewasa menjalankan prerofesinya sesuai yang dicita-citakannya, dan dia berkata kepada kami saat itu sambil bercanda kepada teman saya yang mempunyai cita-cita sebagai polisi dia berkata " nanti kalo dijalan, ketemu ibu nanti jangan ditilang ya" hahhahaha betapa indahnya saat itu. Dimana kami mempunyai cita-cita pada saat SD dan kami berharap hal itu bisa terjadi.

Pada saat SMP mungkin banyak dari kita mempunyai cita-cita yang  baru, berpikir bahwa cita-cita kita pada saat SD terlalu sulit, seperti pada waktu SD ia mempunyai cita-cita menjadi dokter, namun ketika masuk SMP dimana ia baru mempelajari ilmu biologi, kimia ataupun fisika dia merasa kesulitan memahami materi tersebut, jadi secara cepat ia berpikir sulit menjadi dokter karena ia tak mampu memahami ilmu yang berkaitan dengan profesi dokter, sedangkan saya ketika masuk SMP saya masih mempunyai mimpi yang sama pada saat SD yaitu menjadi atlit. Pada saat Mos saya diperkenalkan dengan extrakulikuler olahraga, di extrakulikuler olahraga ada tiga bidang olahraga yang bisa dipilih siswa yaitu olahraga sepak bola, olahraga voly dan olahraga basket, lantas saya memilih olahraga basket meski saya belum mengetahui sebelumnya. Setiap jadwal latihan saya selalu hadir dan tidak pernah telat sekalipun. Akibat saya selalu hadir dan tak pernah telat saya pun terpilih menjadi pemain inti sekolah meski saya sadar skill saya ga bagus-bagus amat, masih banyak teman-teman saya yang lebih jago dari saya namun tidak dipilih oleh pelatih kami. Saya pun makin giat berlatih basket, setiap pulang sekolah saya tidak langsung pulang melainkan main basket dulu meski bukan jadwal latihan. Ketika tim kami sudah cukup latihan kami pun didaftarkan sekolah untuk mengikuti event yaang diadakan oleh sekolah lain, Hal yang mengembirakan bagi kami bahwa kami berhasil mendapat juara empat, mungkin bagi kalian berpikir apa bagusnya dapet juara empat namun bagi kami ini hal yang luar biasa mengingat sekolah kami baru membentuk tim basket dan baru pertama kali mengikuti event olahraga, apalagi kami ingat sekolah kammi pada pertandingan itu diremehkan, dianggap sebelah mata, namun kami tidak marah kepada mereka yang merendahkan kami, alhasil tim sekolah yang keras merendahkan kami berhasil kami kalahkan pada pertandingan tersebut dan sekolah itupun tidak mendapat jaura apapun. mereka pun menunduk malu ketika bertemu tim kami, suatu pengalaman yang sangat berharga saat itu.

Memasuki sekolah menengah atas cita-cita saya pun mulai memudar, dimana saya melihat sekolah saya tidak mendukung siswannya di bidang olahraga, mengingat bahwa sekolah itu baru berdiri, namun hasrat saya di bidang olahraga terus ada dalam diri saya, Saya berpikir jika pihak sekolah tidak ada kegiatan untuk bidang olahraga apa salahnya saya sebagai siswa yang mencetuskan kegiatan dibidang olahraga sebagai extrakulikuler bagi siswa lainnya, lalu saya mencalonkan sebagai anggota OSIS yang menangani bidang olahraga. Selama saya menjabat sebagai seksi olahraga saya dan teman-teman membuat program yang banyak untuk kegiatan olahraga, dimulai dari program pembentukan tim olahraga seperti tim futsal, tim pencak silat, tim boxer, selanjutnya juga saya membuat program kegiatan mingguan dimana setiap sabtu saya mengadakan sesi olahraga fisik, sedangkan program tahunan saya mengirim siswa-siswi untuk mengikuti pertandiangan olahraga tingkat kabupaten. Antusias yang tinggi dari temen-temen sayangnya tidak sebanding dengan dukungan dari sekolah, sekolah berpikir ini tiadk akan ada hasilnya mengingat sekaloh kita baru berdiri dan lawannya sangat berat, teman-taman saya pun kecewa dengan sikap sekolah yang tidak menyetujui kami mengikutinya bahkan hanya sebagian yang dikirim untuk ikut bertanding, mungkin supaya pihak sekolah tidak mengeluarkan banyak biaya akomodasi. Jujur cita-cita saya mulai terkubur saat itu, bahkan pihak sekolah pun memberhentikan saya di jajaran OSIS dengan alasan saya sudah tidak fokus lagi di pelajaran mungkin itu cuma alasan supaya program yang saya buat berhenti. Dari saat itu saya mulai memikirkan cita-cita saya harus terhenti meski guru olahraga saya bilang di tingkat kuliah nanti saya bisa mengikuti organisasi olahraga.

Pada masa saya menjelang kelulusan SMK saya mulai berpikir apa yang harus saya lakukan di masa depan, karena latar belakang saya lahir dari keluarga kaum usaha, saya pun mulai mencita-citakan menjadi pengusaha, dari cita-cita ini saya pun mengambil jurusan Manajemen ketika melanjutkan pendidikan. Menjalani masa kuliah saya banyak membentang baca buku-buku tentang para pengusaha yang berhasil. Cita-cita saya pun makin kuat menjadi seorang pengusaha pada masa kuliah, namun terlalu banyak dari teman-teman saya yang ingin berkerja pada saat selesai kuliah ketimbang menjadi seorang pengusaha. Mereka menyepelekan kita yang memilih menjadi kaum pengusaha, ngapain susah-susah ngerintis usaha mending cari kerja terus langsung nikmatin hasilnya tiap bulan. Saya pun terlena saya terlalu cape melawan arus dan akhirnya saya mengikuti jejak teman-teman saya, saya mulai mencari lowongan kerja di internet, saya terus mengirim berkas lamaran kerja ke berbagai perusahaan entah berapa bnayak berkas yang saya kirim, entah berapa banyak juga rupiah yang saya keluarkan untuk mengirim berkas ke kantor pos, cuma ada satu hasil balasan dari perusahaan pabrik sepatu yang menyuruh saya untuk datang menghadiri tes psikotes. Disinilah kekecawaan saya dimulai, ketika saya melewati serangkaian tes psikotes dari perusahaan, saya pun dinnyatakan lulus dan berhasil mendapat posisi di perusahaan tersebut. Saya puun merasa bahagia saat menerima kabar tersebut. Namun disinilah saya mulai kecewa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Investasi Sedini Mungkin

Kemarin, banyak banget yang DM ke akun IG aku nanya gimana caranya buat investasi saham. Entah dari mana mereka tau akun IG aku katanya mere...